Detik-detik Ujian Akhair Akhir Nasional (UNAS) hitungannya tinggal beberapa minggu, karena UNAS akan digelar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 16 sampai dengan 20 April untuk SMA, SMK dan MA, kemudian pada tanggal 23 sampai dengan 26 untuk tingakat SMP dan MTs. Bagi sekolah sudah barang tentu sejak sekarang sudah mempersiapkan segala sesuatunya demi sukses mengantarkan anak didiknya, seperti penambahan jam pelajaran bagi mata pelajaran yang di UAN kan diselenggrakannyaa try out untuk mengukur kemampuan siswa-siswanya memahami materi yang sudah di ajarakan. Tetapi sesungguhnya kalau dilihat dari aspek program dan kegiatan, Ujian Akhir Nasional merupakan agenda rutin yang setiap tahun diselenggarakan, sehingga kemudian karena UNAS menjadi agenda rutin, maka bagi sekolah/madrasah tidak perlu ada kekhawatiran yang berlebihan dengan melakukan berbagai cara seperti pembentukan taem sukses dan segala macamnya.
Suksesnya Ujian Akhir Nasional, merupakan bagian dari sebuah keberhasilan sekolah mengantarkan anak didiknya yang selama tiga tahun digembleng. Ini kalau dilihat dari sisi penyelenggaraan UNAS ditingkat sekolah, jika diselenggarakan dengan cara yang jujur, manusiawi dan bermartabat, artinya sekolah dan civitas akademik tidak banyak ikut campur terhadap proses pelaksanaan seperti mengkondisikan siswanya agar siswa yang pandai/pintar membantu teman-temannya, atau guru membantu dengan cara memberikan kunci jawaban, seperti yang terjadi Sekolah Dasar di Surabaya pada tahun 2011 yang populer dengan nyontek massal. Kalau tahun ini tetap terjadi, maka sesungguhnya tidak ada sebuah keberhasilan dari Ujian Nasional dari tahun ke tahun.
Persoalannya yang kerap muncul dari sekolah/madrasah utamanya Kepala Sekolah adalah adanya kekhawatiran yang sangat berlebihan terhadap anak didiknya yang mengikuti ujian tidak lulus seperti yang dicanangkan pada awal mereka di angkat menjadi kepala sekolah. Di samping itu presure (tekanan) dari dinas pendidikan juga sering menjadi beban mental bagi kepala sekolah, karena sudah menjadi rahasia umum jika suatu sekolah/madrasah anak didiknya yang mengikuti ujian nasional tidak lulus seratus persen, maka juga mempunyai dampak terhadap bantuan pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana sekolah. Inilah persoalan-persoalan klasik yang sering muncul dari penyelenggaraan Ujian Nasional. Substansi dari ujian nasional adalah sarana untuk mengukur keberhasilan sekolah dalam proses pembelajaran, jika kemudian dalam pelaksanaan ujian anak didiknya tidak lulus seratus persen, bararti ada proses yang salah dan itu kedepan harus diperbaiki dan kepala sekolah secara kelembagaan mempunyai tanggungjawab untuk memperbaiki sistem pembelajaran di sekolahnya.
Sebenarnya permalahan-permasalahan yang sering terjadi dari tahun ke tahun dapat dilokalisir sedemikian rupa, tinggal bagaiamana kemampuan sekolah mendesain program-program pengajaran yang dituangkan dalam proses pembelajaran di kelasnya. Salah satu yang bisa dilakukan oleh sekolah adalah, dengan cara melakukan pemetaan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada setiap mata pelajaran yang di UAN kan. Pemetaan SKL ini menjadi penting, karena kemampuan anak didik tidak sama. Langkah berikutnya Kepala sekolah sebagai inisiator melakukan bedah SKL yang melibatkan guru-guru dan merumuskan hasilnya sebagai acuan dasar menghadapi ujian nasional.
Dengan melakukan bedah SKL, kepala sekolah dan guru secara filosofis sudah memahami apa yang harus dilakukan kepada anak didiknya, kemudian bisa memprediksi soal-soal ujian yang akan keluar seperti apa?. Tetapi yang lebih penting, guru juga harus mampu menganalisis SKL secara kontinyu, dengan terus melakukan analisa-analisa secara komprehensif terhadap soal-soal ujian tahun sebelumnya. Saya meyakini kalau langkah-langkah ini dilakukan oleh setiap sekolah, maka tidak ada ketakutan-ketakutan rutin menjelang ujian nasional.
Prinsipnya persiapan ujian nasioal harus dilakukan secara matang sejak awal tahun, dan tidak kalah pentingnya adalah kesiapan mental anak didiknya, guru tidak perlu mempunyai rasa khawatir yang berlebihan, percayakan sepenuhnya kepada siswanya dan yakinlah kalau anak didiknya mampu mengerjakan soal-soal ujian. Kalau mentalitas sudah dibangun dengan baik, mengapa kita tidak harus takut dengan ujian nasional. Akhirnya saya ucapkan “SELAMAT MENEMPUH UJIAN NASIONAL, PRESTASI YES, JUJUR YES, NYONTEK NO”
Post a Comment